Mengharapkanmu atau mengikhlaskanmu?
Sejak mengenalmu, mengetahui segala hal tentang dirimu, aku mulai membuat semacam peluang keberhasilan versi manusia. Segala macam sudut pandang tentangmu telah kupertimbangkan baik-baik. Untuk kemudian makin bersemangat memperjuangkanmu, atau harus perlahan mengikhlaskanmu.
Namun sampai sejauh ini, aku tak lagi bersikeras dengan perasaanku sendiri. Bukan soal pasrah, apalagi menyerah. Namun aku sadar, bahwa perasaan memang mau tak mau harus tepat pada tempatnya. Terlebih, sekarang aku memulai untuk sadar, bahwa memaksamu suka adalah sia-sia. Walaupun, diam-diam dalam doa aku selalu menyisihkan waktu beberapa puluh detik untuk memintamu, memintamu lebih cair, lebih peka, dan lebih punya rasa. Padaku.
-Ikrom Mustofa
Ngena banget,
BalasHapus