Dalam Sketsa adalah kumpulan prosa senandika, yang di dalamnya terdapat prosa, puisi, cerita pendek, dan juga sketsa-sketsa syahdu yang siap membawamu jatuh cinta pada setiap halamannya. Salah satu hal unik dalam buku ini ialah latarnya yang sebagian besar menggambarkan keromantisan tanah Eropa dengan segala suka dan dukanya.
Buku ini akan membawamu berdialog dengan perasaanmu sendiri. Tentang kamu yang harus siap untuk mengutarakan perasaan pada seorang istimewa itu atau tidak sama sekali. Tentang hubungan yang harus sama-sama diamini dan dijalani sebaik bunga-bunga mekar di musim semi. Dan tentang dua orang yang harus sama-sama menyerahkan hubungan baik pada-Nya. Menyandarkan cinta bahkan masa depan hanya pada-Nya, bagaimanapun keputusannya.
Dalam buku ini, penulis menyajikan monolog-monolog yang hampir selalu melibatkan perasaan. Bahwa bagi banyak pembaca, Dalam Sketsa tidak hanya buku, namun cuplikan-cuplikan kenangan yang tak sempat tertuang dalam lisan. Ia mengendap dalam tulisan-tulisan, kemudian membawa pembaca terbang pada sebekas hati, perasaan, dan kenangan di masa silam.
“Aku yang mengkhawatirkan kehilangan. Bagiku kehilangan adalah memar. Di luar aku tegar, namun di dalam aku kehilangan ketabahan. Nanar rasanya bersama luka berwarna ungu. Seperti memar, lukanya kusimpan sendiri, tak mau satu orang pun tahu tentang hal ini. Namun sekali lagi, mereka melihat warnanya. Ungu kehitam-hitaman. Aku yang mengkhawatirkan kehilangan. Bagiku ini menyedih- kan. Satu dari penyakit akut adalah kehilangan. Dan bagiku itu sukar disembuhkan.”
“Lewat pesawat telepon, akhirnya kamu bicara. Gunung pendiam kini mengeluarkan suaranya. Karang yang bisu oleh ombak-ombak, kini membebaskan aksaranya. Aku menanti kata demi kata. Frasa demi frasa. Hingga tercipta kalimat-kalimat yang aku tak peduli lagi akan berbuah tanya atau tidak. Sudah membebaskan saja, rasanya aku sudah lega.”
“Kita mungkin pernah berpikir bahwa di dunia ini ada seseorang yang tengah memperjuangkan kita, namun kita tak punya daya untuk memperjuangkannya. Mungkin aku juga harus berpikir bahwa hidup ini harus ada yang berkorban. Bahwa penantian tak harus kamu yang datang. Bahwa pencarian tak harus kamu jadi tempatku memutuskan berhenti melanjutkan perjalanan. Dunia ini luas. Kamu mungkin bagian dari takdir-Nya untuk datang sesaat, kemudian pergi, menjauh, dan tak ada lagi kamu dalam harapan ini.”
Dan masih banyak lagi kutipan-kutipan yang siap membawamu jatuh hati pada buku ini.
Ada 11 purnama di dalamnya, yang membuat kamu semakin tercampur aduk dalam perasaan yang dituangkan dalam tulisan apik selama 11 bulan lamanya. Berkisah tentang rasanya bertemu seseorang dan menyatakan perasaan. Kemudian menjadi sepasang yang saling diam, namun ternyata saling mengagumi. Tak hanya itu, buku ini juga menjelaskan bagaimana seorang yang amat perasa yang kemudian bertemu dengan seorang yang tak peka. Tentang perihnya dikecewakan, pedihnya dikhianati, dan sakitnya ditinggal pergi. Barangkali seperti kejadian yang tengah kamu rasakan saat ini, Ia yang kemudian harus bersama orang lain, dan kamu yang perlahan harus benar-benar melupakan.
Buku ini akhirnya berharap akan memenuhi perpustakaan jiwamu. Menatanya dalam rak-rak rapi. Bersanding dengan karya-karya yang memaksamu untuk mengenang kesan, mensyukuri keterlahiran, sekaligus mengikhlaskan kepergian. Akhirnya, selamat menyelami satu per satu judul-judul bisu di dalamnya. Namun percayalah, ia berbicara banyak dalam perasaan-perasaan yang pada akhirnya kamu ikhlaskan.
Selamat mengoleksi.
Belanda, Juli 2018.
----------------------------------------------------------------
DALAM SKETSA
Penulis: Ikrom Mustofa
Penerbit: Mediakita
Penyunting: Fenisa Zahra
Sketsa: Qomaruzzaman Alamry
Sangat Suka dengan tulisan-tulisan anda ๐๐ป
BalasHapusBaru baca ini aja..aku udah suka ๐๐
BalasHapussuka tulisannya kak ikrom mustofa :)
BalasHapus