Apa yang kemudian membuatmu betah berlama-lama dengannya. Dengan
kepastiannya yang tak kunjung tiba. Ia membuatmu menunggu lama. Tak hanya itu
saja, ia telah mencipta sepotong waktu yang di dalamnya kamu terjebak dengan
segala rupa, paras, kharisma, bahkan sikapnya. Jelas saja, kamu sedang berada
dalam hubungan yang tak baik. Ia bebas menebar perasaannya pada siapa saja,
sedang kamu terus saja mencoba untuk mengeja aksara setia.
Karena menunggu tentu ada batasnya. Segala sesuatu bahkan
harus dipastikan keberadaannya. Termasuk soal hati dan perasaan. Apakah masih
bisa bermuara, menetap sementara atau selamanya, atau bahkan harus pergi dan
menepi saat ini juga. Kita manusia, memberi jeda pada waktu untuk bisa sabar menunggu
adalah satu aktivitas yang tetap harus dihadiahi kepastian. Kamu terus memberi
ruang hati padanya, sedang ia bahkan acuh tak acuh akan kehadiranmu.
Sudahilah. Walaupun rindu ialah tentang hati, namun kamu
harus tetap menggunakan logika. Tak ada lagi yang harus didekati, kecuali kamu
yang harus segera memutar haluan. Membiarkan ia terbang sendiri dalam
pengembaraannya adalah keputusan terbaik saat ini. Dia juga mungkin tengah
mencari teman perjalanan, namun tentu itu bukan kamu.
Berhentilah. Sosok yang kamu harapkan menjadi teman terbaik
di masa depan harus segera pupus. Sedikit demi sedikit kamu harus melupakannya.
Ia tengah berharap seorang lain akan ada di kehidupannya. Bukan kamu, seorang
yang ia lihat hanya sebagai teman. Sebatas teman. Tidak untuk teman hidup.
Karena bagaimanapun, Tuhan telah menciptakan hamba-Nya
berpasang-pasangan. Seorang terbaik untukmu telah ada dan menunggumu di sana. Dekatilah
dengan usaha dan doa. Sembari kamu memulihkan hati dan perasaanmu untuk segera
melupakan dia yang kini akan segera bersanding dengan orang lain. Percayalah,
orang baik akan dipertemukan dengan orang baik. Tetaplah berbuat baik.
Belanda, April 2018.
Baguuuuuussss kata-katanyaa.😂😂
BalasHapus