Apakah bertahan selalu lebih mengagumkan dari
mundur untuk menjauh?
Sudah berapa kali
kubilang. Bahwa mundur, menyerah, bahkan mengatakan “maafkan atas kelancanganku
sudah mencoba ada di kehidupanmu” ialah bukan aku sama sekali. Aku tak
dibesarkan menjadi pengecut. Bertahan bagiku ialah karang yang mengagumkan. Ia
menepis semua ombak bahkan badai. Bertahan bagiku ialah ketegaran yang tiada
tara. Mendaki satu demi satu tangga kehidupan yang setiap tingkatnya akan
menemukan banyak sekali kejutan. Dan aku akan selalu siap dengan banyak hal
baru di hari yang baru. Aku tak akan mundur pada pertahanan kali ini.
Percayalah!
Dalam ketegaran
ini. Tak ada. Selain mendoakanmu dalam doa. Sebab menaruh perasaan padamu ialah
bagian dari doa-doa. Ada ikatan yang hakiki saat aku jatuh hati padamu yang
artinya aku harus lebih jatuh hati pada Tuhanku. Ia yang mengabulkan setiap
harapan. Ia yang menjawab setiap permintaan dan doa-doa.
Kalau banyak yang
bertanya mengapa aku tetap bertahan padahal mereka bilang ini adalah bagian
paling memilukan. Maka aku dengan segala ketegaran akan menjawab bahwa ikatan
ini telah kutautkan pada ikatanku dengan Tuhan. Aku selalu percaya bahwa
kuasa-Nya jauh lebih besar dari cinta yang kupunya.
Dalam ketegaran
ini. Tak ada. Selain ikhtiar untuk tetap bersemangat memperjuangkanmu. Aku
menenangkan diri ini, bahwa kondisi saat ini hanyalah satu dari banyak
peristiwa jatuh hati. Kamu merasakan ini berat sebab kamu belum merasakan
kondisi lain soal jatuh hati. Seperti rasanya menjauh dari dimensi fisik
dengannya. Kemudian sakitnya mengenang. Bahkan pedihnya melupakan. Saat ini,
kamu hanya berada pada ketegaran untuk tetap jatuh hati padanya. Bahkan
mungkin, kamu belum pernah merasakan patah hati begitu hebatnya.
Maka bertahanlah!!
Aku selalu kagum
dengan seorang yang selalu konsisten dengan apa-apa yang ia cintai. Seperti ia
mencintai pekerjaannya, walaupun dengan kondisi yang pas-pasan, penghasilan tak
seberapa, belum lagi pengeluaran yang makin hari makin mengangkasa, namun ia
tetap menikmatinya dengan hati. Tak selamanya kebahagiaan diukur dengan materi.
Tak selamanya pula kebahagiaan harus berbalas dengan hal-hal nyata yang harus
ada. Tak selamanya seperti itu.
Karenanya, aku akan tetap memperjuangkanmu.
-Ikrom Mustofa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar