“Ya Rabb, mengapa
harus aku yang dipertemukan dengan dia? adakah cara yang tak lebih
menyakitkan dari ini semua. Ketika aku benar-benar mencintainya, ketika itu
pula aku harus dipaksa untuk melupakannya.”
Lupakan dia. Kemudian jadilah dirimu sebagaimana kamu
merasakan kehidupan jauh sebelum mengenalnya. Kamu terlahir kembali, menjadi
jiwa yang baru dengan semangat yang baru. Kata semangat mungkin terlalu naif
bagi kamu, orang yang kini tengah merasakan luka sedalam-dalamnya. Namun
begitulah caranya. Tak ada lagi siasat terbaik, selain kamu sendiri yang
memulainya. Kamu memulai kehidupan baru, kemudian kamu memulai untuk bisa
menyesuaikan diri dari hari ke hari. Tanpanya. Tanpa dirinya.
Adakah yang abadi di dunia ini?
Tak ada. Yang harus sama-sama kita tahu, Tuhan sedang
mengajarkan kita dua sisi kehidupan yang harus tetap dijadikan pelajaran. Kamu
merasakan indahnya pertemuan, maka suatu ketika kamu harus merasakan pedihnya
kehilangan. Cepat atau lambat, semua akan kamu rasakan. Bahkan setiap manusia
selalu lahir dengan ditemani oleh berbagai cobaan dan ujian. Bedanya, setiap
kita punya cara unik masing-masing untuk bisa dekat dengan mereka.
Kenalilah lebih dekat. Termasuk mengenali lebih dekat
dirimu sendiri.
Awalnya kita berserah. Lalu kita merasa menjadi orang
paling tak berguna. Kemudian kita tak punya lagi semangat untuk hidup dan
menjalani kehidupan. Kita depresi pada tingkatan paling fanatik. Kita putus
asa. Kita merasa kehilangan semuanya.
Apakah itu menyelesaikan?
Tidak. Putus asa menjadikanmu tiada. Tepatnya, ada namun
tiada berarti apa-apa. Baiknya, kamu segera bangkit dari segala yang membuat
sakit. Kamu harus segera menerima kenyataan dari berbagai kejadian yang menimpamu
barusan. Hidupmu tak boleh berhenti sekalipun kamu tak ditakdirkan untuk bisa
bersamanya lagi.
Ikhlaskanlah. Tuhan sedang membuatkan satu
rencana terbaik buatmu.
Naskah yang akan dimunculkan dalam buku Titik Kritis. Insyaallah. mohon doanya teman-temanku semuanya. Terima kasih..
Belanda, Agustus 2017
-Ikrom Mustofa-
Hidup memang serumit itu. Pertemuan, perpisahan, sakit, maupun bahagia selalu hilir mudik berganti. Semoga semua akan baik-baik saja. Semoga segera selesai Mas titik kritisnya.
BalasHapus