Perlahan tapi
pasti, aku mulai memberikan semacam kesepakatan pada diri sendiri. Tentang
mendamaikan perasaan ini. Aku belajar dari kesalahan yang sudah-sudah. Belajar
dari pengalaman masa lalu. Aku tahu, ini berat. Bahkan aku harus mengulang
semua cara bersikapku padamu. Tentang caraku memperlakukanmu, mengagumi semua
hal tentangmu, terutama tentang segenap perasaan ini terhadapmu.
Seperti kata
pepatah, tak harus jatuh cinta, aku mencukupkan diri untuk hanya jatuh hati
terhadap semua yang ada pada dirimu. Hingga segala tentangku terutama soal
perasaan ini akan tetap baik-baik saja, bahkan ketika pada akhirnya tak mungkin
kamu miliki."
“Perjalanan baru
ini harus segera dimulai.” Gumamku tegar. Dalam hati.
Pernahkah kamu
bayangkan bagaimana mengubah nanar menjadi tegar? Mengubah sepotong hati yang
mengandung perasaan pada seseorang jadi sebuah kekuatan baru. Menghilangkan
ketakutan akan hal-hal terburuk. Menjauhkan segala prasangka yang tidak-tidak.
Menjadi lebih hati-hati dalam bersikap. Kamu tahu, aku melakukannya kali ini.
Pada ke sekian kalinya ketika aku sadar bahwa berharap terlalu dalam harus
diluruskan niatnya. Pada pertahanan paling menyesakkan ketika membebaskan
perasaan pada seseorang mau tak mau juga harus melepaskan segala tendensi untuk
memaksa. Bukankah setiap orang punya perasaan dengan haknya masing-masing? Kamu
tak boleh memaksanya sedikit pun. Termasuk aku yang tak pernah mau lagi
memaksamu suka. Namun aku tetap mendoakan yang terbaik.
Sebab aku menyukaimu. Aku mengagumi dirimu lebih
dari sekadar kata-kata. Namun sayangnya aku kehilangan diriku sendiri waktu
itu.
Aku mulai sadar
bahwa satu pelajaran terbaik ialah ketika kita mampu belajar dari kesalahan
masa silam. Tentang cara menghibur diri atas jatuh cinta yang sarat akan sakit.
Aku kemudian terbiasa menjadi orang baru, hati yang baru, namun sekali lagi aku
tetap menaruh perasaan ini padamu.
-Ikrom Mustofa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar