Melupakanmu.
Sesaat aku terbang pada cerita-cerita kita. Dongeng nyata yang tak tahu kapan
bermuara, di mana muaranya, dan dengan siapa nanti di muara. Dongeng nyata yang
hanya Tuhan yang maha tahu cerita ini akan mengalir seperti apa. Kita hanya
berupaya, selebihnya Ia yang punya kuasa.
Melupakanmu.
Aku bahkan tak pernah terpikir bagaimana caranya melupakan dirimu. Rumus
seperti apa yang pamungkas untuk bisa keluar dari lingkaran perasaan bersamamu.
Aku tak pernah mencari cara apalagi mencipta siasat untuk bisa benar-benar
memulai hidup baru tanpamu. Tanpa bayang-bayangmu. Tanpa kenangan bersamamu.
Mungkin aku tak pernah bisa.
Melupakanmu.
Bila kita harus saling melupakan, bisakah caranya lebih menenangkan. Tak harus
dengan emosi. Atau dengan sesak yang berlebihan. melupakan dan menyedihkan
bagiku adalah luka-luka yang berjibaku. Memar sekaligus tersobek hingga nanar
sekaligus berdarah.
Lalu
apa yang menyedihkan dari melupakan?
Kalau kamu bertanya bagaimana
menyedihkannya melupakan seseorang itu. Ialah kesedihan akan dua hal. Pertama
tentang perih melupakan, dan kedua ialah sesaknya kesedihan. Guguran daun lewat
jatuhnya yang memisahkan juga rasanya tak mampu mewakilkan sedihnya melupakan.
Melupakan ialah kemauanmu sendiri, namun lagi-lagi kamu yang merasakan
kesedihan ini seorang diri.
Apakah cinta seperti itu yang
kamu inginkan?
Belanda, Agustus 2017
-Dalam Sketsa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar