Aku
mencintaimu, sampai detik ini. Jika ditanya ketegasan macam apa yang harus
kupasang sebagai tameng atas luka-luka ini. Maka aku akan meminta ketegasan
yang memaafkan. Adakah? Adakah ketegasan yang selalu membuatku baik-baik saja
denganmu? Adakah ketegasan yang selalu mempersilakan kapan saja kamu mau datang
padaku?
Aku
mencintaimu. Bahkan sampai ketegasan itu musnah. Tak ada lagi. Biarlah ia
menguap bersama udara-udara yang sering kali menjauh. Biarlah ia ikut menjauh.
Hingga tak ada lagi keraguan untuk menerimamu sewaktu-waktu.
Mendekatlah. Kita berpelukan.
Walau harus dalam maya.
Sekarang,
yang akan aku syukuri ialah bila kamu benar-benar mendekat kembali. Akan ada
hari-hari baru yang bisa kita rangkai satu persatu. Akan ada mimpi-mimpi baru
untuk melanjutkan hubungan ini lebih dekat lagi. Akan ada satu paket lengkap
sebab aku dan kamu yang saling melengkapi.
Walaupun,
nyatanya sampai hari ini kita masih dibayang-bayangi oleh kondisi aku dan kamu
yang penuh teka-teki. Sungguh, kamu pasti tahu dan akan selalu mengetahui.
Bahwa aku hanya menginginkan kamu. Sayangnya kamu masih juga tak lebih peka.
Apakah kamu masih terus berniat
menggantungkan perasaan ini?
Belanda, 2017
-Ikrom Mustofa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar