Bagaimana rasanya berpisah sementara waktu?
Aku mengulang-ulangi kalimat itu sampai terdengar basi.
Namun aku tak pernah bosan. Yang ku rasakan, jauh adalah nestapa bagi dua orang
yang tengah menemukan kenyamanan satu sama lain. Yang ku rasakan, jauh adalah
rentan yang makin rapuh. Dan yang ku rasakan, jauh adalah waktu yang harus
sama-sama kita sepakati.
Berpisah sementara waktu? Kemudian yang tersisa adalah rindu
dari berbagai macam jenisnya. Ketika aku berjalan sendiri di kompleks
pertokoan, ku temui dari kejauhan perempuan mirip senyummu. Kemudian ia hilang
oleh kerumunan, dan parahnya yang tersisa adalah rindu, dan itu menyesakkan.
Seketika pikiranku melayang padamu, rindu yang kemudian menerjemahkan
ingatan-ingatan. Aku ingat es krim kesukaanmu. Kalau kamu ada di sini, pilihlah
es krim yang kamu mau, sepuasnya, ada banyak varian rasa yang dapat kamu coba.
Berpisah sementara waktu? Dan aku ialah khayal yang tak
sampai rampung. Membayangkan pertemuan, membayangkan banyak hal. Dan aku makin
tersiksa. Apakah yang jauh harus selalu kita? Kemudian rindu jadi semacam
tendensi yang membuat kita terserang virus aneh bernama lemah. Lalu apakah jauh
yang kita maksud adalah semacam konspirasi agar kita saling menyepakati waktu? Entahlah,
aku juga tengah belajar untuk bisa jauh yang menenangkan.
Bogor, beberapa hari sebelum pindah ke Negeri van Orange.
-Ikrom Mustofa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar