Dear Bahagia,
Ku dengar dari teman-teman dekatku kau makin egois sekarang. Tak mau menemani mereka. Jangankan berteman, akhir-akhir ini kau enggan membersamai kabar mereka. Tak adalagi “Kabarku bahagia” bersahut-sahutan jujur dari teman-temanku. Hei, kau kemana?
Dear Ikrom,
Aku di sini. Di tempat yang tak sefamiliar dulu. Teman-temanmu yang lain cukup “sibuk” sekarang. Aku di sini, tak bersama mereka lagi. Aku tahu mereka jauh dariku, tapi ku dengar mereka cukup lihai menipu diri dengan masih mengartikanku bersama kafe dan kelab malam, bersama kepopuleran duniawi, bersama hiburan anak muda, dan apa lagi ya.. hmm.. mungkin bersama instagram, facebook, dan media sosial yang mereka punya. Mereka menyebutku. Mereka bilang bersamaku. Jujur, namaku bahagia, namun akhir-akhir ini aku tak lagi bahagia mengamati mereka dari kejauhan.
"Sampaikan seperlunya, tak perlu berkhutbah banyak-banyak. Toh mereka sudah punya bahagia masing-masing.” Si bahagia menutup percakapan denganku.
Aku menarik napas dalam-dalam. Namun baru ingat, ada asap yang tak juga hilang menyesakkan dada.
-Riau, 25 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar