Di antara kita hanya saling butuh waktu, tak terlalu butuh kiasan rindu yang mendayu-dayu. Di antara kita hanya cukup saling tahu, kemudian menjaga, dan saling mengikhlaskan apapun yang akan terjadi nantinya.
Abaikan saja pertemuan pertama kita yang hanya biasa, tak begitu istimewa. Sangat jauh dengan skenario ketidaksengajaan. Bahkan harus membutuhkan banyak diksi dan bumbu fiksi untuk merangkainya dalam prolog prosa yang syahdu.
Namun, tetap saja. Kita takut menumbuhkan rasa yang tak benar-benar berada pada tempatnya. Kita khawatir saling berbicara tentang janji yang cukup lekang oleh waktu dan hitungan jari. Itu saja.
Karena kita tahu, menjalani hidup hanya butuh syukur, dengan siapapun nanti. Menunggu seseorang hanya perlu ikhtiar dengan terus memperbaiki banyak hal untuk tidak hanya mencari kepantasan diri. lalu, ada baiknya kita saling merelakan waktu untuk tak terbunuh sia-sia.
Sudahlah,
Hakikat manusia yang sudah lemah seharusnya tak lebih dilemahkan lagi oleh perasaan yang tak mudah berkompromi.
Juli, 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar