“Apa rupa malam, Bray?”
Kamu bertanya padaku malam-malam
Ditemani bising knalpot metropolitan
“Apa peduliku pada malam?”
Aku menyela hening
Lalu senyap kembali
“Jawablah Bray, barang sepatah kalimat saja.”
Kamu mulai membujukku
Selalu, aku kehilangan angkuh
Lagi
“Malam?”
Aku terdiam sejenak
Lalu kubebaskan lagi celotehku
“Mungkin rupa malam itu hitam.”
“Gelap?”
Tanyamu
“Tidak juga.”
Aku menghela napas panjang
Tak sengaja terhirup asap knalpot bus tua
“Mungkin pernah satu malam itu berwarna ungu.
Seperti memar. Tak berdarah,
Tapi menyisakan luka di dalam.”
Aku kehilangan lagi
Kehilangan malam tadi
Bersamamu
Februari, 2015
Memar, Tak berdarah, menyisakan luka di dalam
BalasHapusSuka deskripsinya hahaha