Menjadi angin.
Menjadi angin yang menyejukkanmu, namun tak pernah sampai
menemuimu, apalagi bertatapan denganmu. Menjadi angin yang bisu, namun
semilirnya cukup gamblang membahasakan rasa pada jiwa. Menjadi angin yang sunyi
senyap, namun aromanya cukup lengkap menyatukan hasrat yang terjaga.
Kamu tak perlu tahu banyak tentangku. Aku takut, khawatir,
bahkan mungkin bisa dikatakan bimbang. Aku takut pada apa yang ku perbuat,
kemudian merusak arti ketulusan memberi. Aku khawatir kalau-kalau ada lagi
bilik hati yang menghitam karena cela. Terlebih ini adalah kebimbangan seorang
anak manusia yang hendak berbuat baik, namun tak pernah sampai pada kadar
keikhlasan.
Biarlah kamu tak mengenalku. Cukup aku yang dengan teratur
mampu menuliskan namamu. Menjadi angin yang membuatmu bertahan. Kalau ada
waktu, cobalah pejamkan matamu, temui aku sebagai angin. Walaupun kamu tak
sempat melihat, namun merasakannya adalah hak setiap manusia. Karena pada
banyak kesempatan, menerima ialah tentang apa yang dia lakukan, bukan siapa
yang melakukan.
Mengajakmu berbicara. Untuk apa, belum waktunya bercerita
banyak hal. Kalau benar aku adalah angin, cobalah juga menjadi angin. Hingga
kita mampu berbicara, dengan bahasa kita, dengan diam yang saling memahami. Hingga
ketika waktunya nanti, kita akan bersatu, dengan arah dan kecepatan yang sama.
Biarlah kita meliuk bersamaan, mendaki gunung-gunung tanpa henti, menuruni
lembah, memecah samudera, atau kita berdiam sejenak bersamaan. Menjadi angin,
kita nanti masih bebas menyejukkan siapa saja, memberi mereka kesempatan untuk
merasakan indahnya berbagi.
Menjadi angin, menjadi kita yang bebas memberi, pada siapa
saja.
aku udah PO yaaa,, awas ngga kebagian,,
BalasHapus