Selepas hujan adalah tentang daun-daun yang
berguguran. Keberpisahan yang tak pernah diharapkan, namun benar-benar terjadi.
lupakan aku, begitu kata daun yang jatuh. Bagaimana aku melupakan, sedang aku
masih melihatmu terhempas oleh serakan daun yang lain, kata daun yang masih
bertahan di ranting. Kamu tahu, dua daun yang tak pernah saling menyangka. Kamu
yang jatuh, atau aku yang akan gugur lebih dahulu, begitu kata mereka.
Masihkah kamu ingat? Perpisahan mungkin menunggu
kita, menanti aku yang pergi, atau kamu yang harus kembali terlebih dahulu.
Adalah tentang debu-debu yang menguap, hilang seketika.
Ada yang berterbangan tak beraturan, ada yang terjatuh bersama butiran hujan.
Melebur bersama tanah, menjauh, mengikuti aliran, hingga hujan usai. Selepas
hujan adalah tentang mengikhlaskan kepergian, merelakan perpisahan. Basah,
sebasah naungan dan ujung-ujung dahan. Lemah, terasa begitu lelah. Ini memang
melelahkan, siapa yang hendak berlama-lama membersamai perpisahan, tidak ada.
Selepas hujan adalah tentang angin yang tiba-tiba
pergi, membawa uap yang kasat mata. selepas hujan adalah api-api penghangat
badan yang tiba-tiba mati, menyisakan arang yang hanya sebentar, kemudian
berubah menjadi abu.
Selepas hujan adalah kamu yang tiba-tiba datang ke
rumahku. Ada apa? Ujung-ujung rokmu basah, jilbabmu juga terlihat basah dari
kejauhan. Sebelumnya kamu tak pernah datang, apalagi sampai menemuiku di rumah.
Namun aku belum juga peka, tak segera mengerti, ternyata kamu datang untuk
pergi. Kamu berpamitan, namun diam. Tak pernah sesulit ini mengucapkan
kata-kata. Aku menyerah, pergimu adalah daun yang gugur, namun aku lebih
merasakan jatuhnya.
Hari ini, melepas hujan, melepas pula kepergianmu.
Namun kenapa air matamu masih tetap mengalir, adakah rindu yang belum
tersampaikan? Bicaralah, walau itu menggantung. Terselesaikan atau tidak, itu
masalah hati. Biarkan hati yang mengurusi kalau-kalau masih ada rasa yang
tersisa diantara kita. Aku biasa, tegar, dan tetap tersenyum. Walaupun aku tak
mampu menatap pasang mata milikmu berlama-lama.
Selepas hujan, segera melihatmu pergi. Aku, kamu,
dan waktu yang begitu singkat. Lupakan saja, katamu. Namun melupakan adalah
mengingatmu berkali-kali kuatnya. Biarkan ia berjalan adanya, sampai nanti
hujan turun lagi. Hingga nanti suatu ketika, tiba-tiba kamu datang kembali ke
rumahku, atau aku yang memohon berteduh di rumahmu. Atau mungkin kita sudah
punya hujan masing-masing, hujan di kota masing-masing. Aku dengan kamu yang
lain, dan kamu dengan aku yang lain pula.
Bogor, April 2014
Bogor, April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar