*didedikasikan untuk kakak, adik, dan siapapun kamu.
Adikku, semoga coretan singkat ini dapat mewakilkan kekhawatiran atas banyak hal yang tengah terjadi di Negeri kita akhir-akhir ini. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Jika kau menyebutnya ini wejangan, hmm, jangan. Ini sama sekali bukan wejangan seperti halnya petuah Ayah dan Kakek kita. Ini hanya segenap perhatian seorang kakak pada adiknya, seorang yang dianggap sahabat pada sahabatnya sendiri, sebuah rasa memiliki karib pada karibnya, dan apapun itu. Yang jelas ini untukmu.
Adikku, semoga coretan singkat ini dapat mewakilkan kekhawatiran atas banyak hal yang tengah terjadi di Negeri kita akhir-akhir ini. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Jika kau menyebutnya ini wejangan, hmm, jangan. Ini sama sekali bukan wejangan seperti halnya petuah Ayah dan Kakek kita. Ini hanya segenap perhatian seorang kakak pada adiknya, seorang yang dianggap sahabat pada sahabatnya sendiri, sebuah rasa memiliki karib pada karibnya, dan apapun itu. Yang jelas ini untukmu.
Masih ingatkah kisah belasan tahun silam, ketika kita
berjalan bersama di antara sawah-sawah desa, atau saat kita larut dalam
permainan tradisional anak-anak. Semoga kau masih ingat, karena sekarang
kenangan itu hanya tinggal kenangan. Untuk menyaksikan potret saat itu kini hanya
mampu tergambar dibalik figura saja. Sawah yang teduh itu kini berubah menjadi
gedung-gedung tinggi nan angkuh. Permainan tradisional yang penuh canda tawa
itu kini semakin tergerus zaman oleh kemajuan teknologi. Beruntunglah kita
sempat menikmatinya dulu.
Adikku, kini kita telah diberi banyak kemudahan. Kau tentu
dapat menjumpaiku di berbagai media sosial. Gadget mini yang sangat
memungkinkan dimiliki banyak orang itu kini menjadi penghubung banyak hal
diantara kita yang terpisah cukup jauh. Kemarin aku sempat kaget dengan kiriman
gambarmu di pesan pribadiku, hmm, ternyata tetap dengan model hijabmu yang
tidak pernah berubah, alhamdulillah. Lusa juga aku mengirimkan gambar lucu itu,
semoga kau terhibur di sela-sela persiapanmu menghadapi ujian nasional. Namun sebab
gadget, dan banyak hasil iptek itu adikku, kini sulit kita temui candaan sebaya
di teras rumah, kini akan sangat jarang permainan gundu di halaman rumah. Tetapi
semoga kau tetap menyeimbangkannya.
Adikku, Sekarang kau telah beranjak dewasa. Sempat ku dengar
kabar dari Ibu bahwa kau bersikeras hendak melanjutkan kuliah. Boleh, bahkan
itu sangat baik. Ku dengar pula kabar dari Ibu bahwa kau hendak mengambil
program studi pendidikan agama. Tidak masalah, bahkan itu juga sangat baik.
Pendidikan ialah misi penting dari sebuah kemajuan Bangsa. Pendidikan yang
tidak hanya mengedepankan aspek pengetahuan dan teknologi saja, namun juga pada
aspek keimanan dan ketaqwaan pada-Nya, bukankah itu yang kau maksud sesuai
dengan pesan singkat yang kau kirim tempo hari. Jika itu benar, bersyukurlah
dan tetaplah bersabar. Semoga Allah memudahkan setiap langkah kita.
Melihatmu beranjak menjadi semakin dewasa, ialah rasa syukur
atas nikmat panjang umur, sekaligus bentuk kekhawatiran tersendiri dariku.
Beberapa minggu yang lalu, aku dengar seorang remaja seusiamu gagal mengikuti
berbagai persiapan Ujian Nasional yang tinggal beberapa bulan lagi karena
menjadi bahan pembicaraan banyak orang terkait hubungannya dengan (maaf:
kekasihnya) yang sudah melebihi batas. Tak hanya itu adikku, sebagian dari
remaja seusiamu telah kehilangan keperawanannya dengan jalan yang tidak benar,
bahkan banyak dari mereka yang memang menekuni pekerjaan yang tidak selayaknya
dilakukan itu. Tidakkah kau ingat tentang maraknya seks bebas di kalangan
remaja? Memiriskan bukan. Bukan hanya itu, pelecehan seksual terjadi di
mana-mana, bahkan di setiap kesempatan. Semoga kau tetap terlindungi.
Di kesempatan yang berbeda, aku menjumpai kawasan
rehabilitasi pecandu narkoba, kebanyakan mereka anak muda, bahkan ada yang
seusiamu. Adakah oknum-oknum tak bertanggung jawab yang sengaja
menyosialisasikan barang haram itu di sekolahmu? Adakah kau dipaksa untuk
mengikuti hal itu? Jangan adikku. Masa depanmu ialah masa depan kita dan bangsa
ini.
Adikku, bergaulah dengan siapa saja, karena hakikat manusia
ialah saling mengenal satu sama lain. Namun tetaplah waspada akan setiap
kesempatan. Hidup tak pernah lepas dari keseimbangan yang memilih, keharusan
menempuh ujian, dan ketaatan dalam bersabar. Andai nanti tiba-tiba ada lelaki
menemui ayah dan hendak membersamaimu dalam jalan halal, pertimbangkanlah
segera. Bangsa ini membutuhkan langkah tegasmu yang harus didampingi oleh dia
yang halal bagimu.
Adikku, Cukup sudah Sinabung dan Kelud yang menjadi bencana dahsyat
untuk negeri ini, jangan lagi ditambah dengan bencana moral masyarakat terlebih pemudanya. Ingatlah,
masih banyak orang-orang yang tetap berniat untuk berbuat baik sepanjang waktu.
Bangsa ini bukan soal kritik pedas dari berbagai kelompok untuk kelompok
lainnya, namun kita adalah bangsa berkembang yang harusnya saling berkontribusi
untuk mengembangkan kebaikan lebih banyak lagi.
Semoga Allah tetap melindungi kita semua.
Bogor, 19 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar