Mengumpulkan warna adalah keindahan tersendiri bagi kamu yang mencoba berempati
Mengapa kenangan selalu datang di akhir cerita? Bahkan ketika
cerita itu telah selesai. Mengapa kerinduan selalu datang terlambat? Sebenarnya
bukan terlambat, namun memang begitulah sebuah kerinduan, selalu mempersilahkan
banyak hal mendatangi jiwa-jiwa yang tengah merindu, kemudian ia datang setelah
tak ada lagi kamu, kita, atau mereka. Mengapa kamu menyesal? Menyesal telah
bertemu? Menyesal telah menyia-nyiakan kebersamaan? Atau menyesal telah
memutuskan berpisah? Bukan itu. Kamu menyesal telah meninggalkan namun tanpa sempat
membersamai rasa, sebelumnya kamu larut berbicara tanpa tahu isi hatinya,
sebelumnya kamu terlalu bebas berargumen tanpa mempersilakan ia mengungkapkan. Kemudian
tak ada lagi berkas, hingga kamu begitu menyesali perpisahan.
Maka teruslah menjadi kamu yang tak pernah lupa, kalaupun
lupa, kamu telah meyiapkan banyak cara untuk sekedar mengingat. Karena
persahabatan tak perlu bebas dideklarasikan, ia hanya perlu dijaga, lalu
diingat. Ini bukan hanya soal menuliskan nama sahabat, namun tentang apa yang
telah kamu lakukan, apa yang telah aku berikan, dan apa yang telah kita
ceritakan. Pertemuan mungkin bisa kita kehendaki dahulu, namun siapa yang bebas
menyangka perpisahan, siapa pula yang mutlak menyetujui. Mungkin ada baiknya
kita menuliskan banyak hal yang menurutku menginspirasi lewat coretan. Karena apa?
Tak banyak sebenarnya, agar aku selalu ingat saat hipotalamusku tak banyak
membantu lagi nanti.
Maka teruslah menjadi jiwa-jiwa yang tak lelah menulis. Karena
untuk mahir menulis, kamu tak perlu dengan kata-kata romantis atau dengan efek
melankolis. Bukan itu, bukan tentang genre yang khas namun ini tentang pesan di
dalamnya. Menulislah lewat cerita yang banyak kita sampaikan hingga hari ini. Mungkin
bisa jadi ia berupa pelajaran, nasihat, atau tentang percakapan kita yang tak
terlupakan. Aku akan lebih senang ketika mampu membeli tulisanmu nanti, atau
setidaknya meminjam hingga aku mampu tertawa dan terharu dengan semua itu. Ah,
kebersamaan memang tak pernah punya alasan untuk dilupakan.
Maka teruslah menjadi kita dengan waktu yang selalu
bermanfaat. Kita menjadi jiwa-jiwa yang selalu berbagi nasihat, menjadi sosok
yang mengikrarkan untuk berlomba dalam kebaikan, dan menjadi kita masing-masing
dengan kaca mata kisah yang berbeda.
Begitulah, jika kisah ini tak pernah tercipta, mungkin di sini
akan ada aku, kita, kamu, atau mereka yang absen setiap harinya. Terima kasih
banyak atas waktu yang kita bersamai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar