“Kepekaan itu sederhana, seperti engkau menyaksikan buah kelapa jatuh dari Pohonnya, lalu engkau berusaha menjadi tanah.”
Kita mungkin sering mendengar tentang sebuah hal kecil akan
berdampak pada perubahan yang begitu besar. Namun sadar atau tidak sadar kita
terkadang melalaikannya dengan dalih tidak adanya kesempatan, kurangnya waktu
luang, atau dengan alasan banyak hal yang lebih penting yang sudah harus diutamakan.
Ada sebagian kecil dari kita, ialah mereka. Ya, Mereka yang
tengah berjuang dengan hal-hal kecil dan mungkin terlihat biasa-biasa saja,
bahkan tak begitu menonjol dalam sebuah komunitas. Namun ini lebih
menginspirasi, lebih menjiwai dalam mengingatkan sesama, dan semoga inilah
salah satu jawaban dari banyak masalah pelik Negeri ini.
Sebut saja seorang mahasiswi pendiam yang tiba-tiba
mengingatkan yang lain dengan menunjuk bendera setengah tiang di lapangan
kampus. Ia baru datang, sedangkan kami sudah ‘nongkrong’ cukup lama di area
tersebut. Sebegini egoiskah kami? Hingga untuk menerka simbol penghargaan pada
pahlawan saja sudah tak ingat lagi. Kecil memang, namun inilah bukti ‘jasmerah’
yang kadang-kadang kurang diapresiasi lagi.
Lalu, ada seorang sebaya yang ku temui beberapa kali
meninggalkan kelas lebih lama dari rekan-rekan yang lain. Ternyata hanya untuk
mencari puing sampah untuk kemudian membuangnya di tempat sampah. Ini mungkin
sepele, namun menginspirasi.
Banyak hal lain, ya hanya hal kecil. Ketika seorang teman
mengingatkan “resleting” celana yang lupa dikaitkan, ketika seorang sahabat
dengan nasihat di pesan singkat, ketika rekan yang mengingatkan untuk
menyempatkan makan, dan banyak hal lain yang mungkin sempat terlupakan.
Rasanya sudah cukup kita dipengaruhi oleh budaya yang
semaunya sendiri, kebiasaan yang terkadang merugikan, dan rasa empati yang tak
ada lagi di hati. Ada banyak referensi hal kecil yang dapat kita imitasi.
Karena kita adalah bagian dari kepekaan sesama. Banyak masalah yang tak kunjung
usai, banyak problema besar yang tak segera kelar. Ah, mungkin saja kita lupa
akan kepekaan, maka teruslah belajar dari hal-hal kecil, bagaimanapun keadaan
kita saat ini.
Tetaplah menjadi jiwa-jiwa yang peka, kawan. Jiwa yang
mempelopori namun tak hendak menyaingi, yang tetap menyemangati namun tak
pernah menyalahi. Maka, Jadilah secepat putri malu yang mengatup oleh sentuhan.
Tetaplah menjadi sekaliber bunglon oleh rumus warna yang dimiliki, oleh keadaan
yang harus membuat kita cekatan.
Karena banyak problema yang akan selalu membutuhkan jiwa-jiwa
yang senantiasa memulai dari hal-hal kecil. Bismillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar