Rangkaian kegiatan IPB Goes To Field selama 3 Minggu di
Klaten mungkin terasa menjemukan bila tidak ada sesi jalan-jalan. Hitung-hitung
sebagai upaya menambah pengalaman selama berada di tanah orang. Berawal dari
perundingan serta perdebatan sengit dengan tim turun lapang desa Kemudo,
Prambanan untuk menentukan destinasi yang cukup menarik dan dengan budget yang
tidak terlampau mahal. Ada yang memilih keliling Jogja, ke pantai, dan beberapa
memilih menurut dengan suara terbanyak. Aku sendiri memilih ke Dieng, tepatnya
dataran tinggi Dieng, karena saat itu sedang dilaksanakan upacara pemotongan
rambut gimbal, seru sekali menurutku. Namun aku harus mengalah karena banyak
yang tidak setuju ke Dieng dengan alasan budget yang tidak memadai. Akhirnya
diputuskan untuk berkeliling Jogja dengan budget yang cukup murah dan dengan
beberapa destinasi yang belum pernah ku kunjungi seperti Monumen Jogja kembali
(Monjali), Kaliurang, Lereng gunung Merapi, dan Sabila Farm. Awalnya tak begitu
tertarik, namun beginilah sebuah pengalaman, selalu saja menciptakan banyak
kejutan.
Pagi itu, Minggu 30 Juni 2013, perjalanan dimulai. Dengan
menggunakan mobil sewa, kami bertolak dari balai desa Kemudo, Prambanan menuju
Jogja. Destinasi pertama adalah monumen Jogja Kembali, setelah melewati
beberapa jalan dan gang, akhirnya kami sampai di lokasi. Perasaan tak sabar
segera menghinggapi, hingga kami segera bergegas menuju bangunan besar
berbentuk kerucut putih itu. Kami pun masuk ke gedung museum, dan melihat
begitu banyak peninggalan sejarah yang dideskripsikan dalam patung-patung,
gambar, relief, dan tulisan-tulisan. Tak lupa kami menyempatkan diri untuk
mengambil foto di sela-sela kesempatan. Setelah melewatkan waktu selama lebih
kurang 3 Jam, akhirnya kami melanjutkan perjalanan kembali, kali ini menuju
sebuah kebun buah naga milik alumni IPB yang sudah tak asing lagi di banyak
kalangan masyarakat, termasuk kami, civitas IPB sendiri.
Berada di halaman Monumen Jogja Kembali
Sabila Farm, ialah kebun yang dimaksud. Berada di kabupaten
Sleman, dan tepat di kaki gunung merapi. Suasana berubah seketika menjadi riuh
pepohonan, termasuk perkebunan buah yang terhampar tepat di lereng merapi.
Kira-kira ada ratusan pohon buah naga, delima, sarikaya, dan beberapa tanaman
pendukung lainnya. Tak lupa kami menyempatkan diri kembali untuk berfoto ria di
tengah-tengah kebun. Tepat di dekat sabila farm, kami menyempatkan diri
bersilaturahmi ke kerabat salah seorang dari tim. Di sana kami dijamu dengan
makanan khas pasca “sadranan” dan makan siang setelahnya. Selepas zuhur, kami
meninggalkan lokasi menuju tempat yang lebih mengejutkan lagi. Ah, tak ada yang
kurang mengejutkan dari perjalanan kali ini.
Kaliurang, sebuah dataran tinggi yang dikelilingi oleh
bukit-bukit terjal, tepat di kaki Gunung Merapi. Sesampainya kami di sana,
segera kami langkahkan kaki menuju air terjun di salah satu tebing yang
ternyata tidak ada airnya lagi, hanya tetes-tetes air yang kami jumpai. Ketika
melihat sekeliling, daerah ini terkesan kurang terawat pasca letusan Gunung
Merapi beberapa tahun lalu. Kami lebih sering menjumpai abu vulkanik daripada
mata air yang katanya sangat sejuk itu. Namun kami masih sempat menyaksikan
kawanan monyet bergelantungan di pohon, setidaknya itu masih membuat asri
daerah tersebut.
Tepat di bawah Air Terjun Kaliurang
Untuk mengurangi kekecewaan, perjalanan kami lanjutkan ke kaliadem,
terletak tepat di kaki gunung Merapi dan tidak terlampau jauh dari Kaliurang.
Di sana kami berhenti tepat di kaki gunung dan dengan mudah melihat puncak
merapi yang menjulang, dengan pemandangan kawah yang begitu menakjubkan. Kami
berjalan mendaki menuju rumah mbah Marijan dan daerah kali yang berupa kumpulan
material vulkanik. Kali ini benar-benar mengejutkan, sebuah pemandangan rumah
mbah Marijan, berbagai perabotan rumahnya yang masih tersisa, hingga makam mbah
Marijan yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Tidak hanya itu, sebuah mobil
wartawan yang hangus terbakar, beberapa bebatuan sisa letusan, hingga abu-abu
vulkanik turut mendukung suasana sore itu. Benar-benar senja yang penuh
pelajaran, ialah untuk tetap mensyukuri alam, mensyukuri nikmat, dan mensyukuri
kesabaran.
Pendakian singkat menuju lereng Gunung Merapi
Ok, setelah lelah mendaki akhirnya tim kami menuruni lereng
merapi dan segera melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat yang sudah
berkali-kali ku kunjungi, namun tak pernah membosankan. Malioboro, sebuah pusat
perbelanjaan, pusat budaya, dan pusat pemerintahan masyarakat Jogja. Kami
menyempatkan diri menyusuri koridor panjang malioboro di mana tersusun rapi
kreasi batik Jogja mulai dari baju, kaos, souvenir, hingga barang-barang
lainnya yang tetap sarat estetika. Setelah lelah berjalan, menawar, dan
mengingat waktu telah larut, akhirnya kami beristirahat sejenak di trotoar
jalan Malioboro sembari menikmati rasa khas nasi kucing. Sebuah jajanan khas
Jogja yang tetap ada di hati banyak kalangan masyarakat.
Kompleks Malioboro
Akhirnya, perjalanan kami lanjutkan kembali, kali ini waktu
telah larut, akhirnya kami bersepakat untuk kembali ke Kemudo, Prambanan. Malam
itu, berbekal belajaan khas Malioboro, pengalaman baru, dan suasana fikir yang
baru.
Bagiku mungkin perjalanan ini biasa-biasa saja, bahkan saat
menulis cerita ini juga teramat biasa dan kurang begitu antusias dalam
merangkai kata demi kata, namun aku yakin kenangan akan semakin menguat tatkala
kita semakin mengingat. Semoga tulisan ini dapat menjadi pengingatnya.
Big Thanks To: Mas Rafi (Captain, Driver, Coordinator), Kak
Eka (Tour Guide, UPMers, Traveller), Niha, Tantan, Erika, Amin, Gita, and
Karel.
Prambanan, 11 Juli 2013
Wow, lumayan seru tuh ikrom, :)
BalasHapusTerms of Service, confirm I am 21+ years old, my registration information is correct, and I’m prohibited from allowing anybody else to entry my account. PLAYSTUDIOS is committed to facilitating the accessibility and usability of its website, playstudios.com, for everyone. PLAYSTUDIOS aims to adjust to all relevant standards, together with the World Wide Web Consortium's Web Content Accessibility Guidelines 2.0 a lot as} Level AA (WCAG 2.0 AA). PLAYSTUDIOS is proud of the efforts that we've accomplished and would possibly be} in-progress guarantee that|to ensure that} our website is accessible to everyone. For example, if 3 pm proved the most profitable through the testing interval, a participant would double or triple wagers for a set time period at 3 pm. The above system takes advantage of the short phrases developments throughout the cost 토토사이트 schedule by maximizing the wins when the pattern is good and minimizing losses when a pattern is dangerous.
BalasHapus