Jika ini cinta, mengapa harus terungkapkan. Jika ini menyoal kesejatian, mengapa harus tersampaikan. Bukankah menyimpan itu indah, sampai nanti rasa yang menjemput. Lalu kita berjalan di trotoar yang berbeda, menjadi pedestrian dengan anyir udara yang berbeda pula. Aku menjumpai bebatuan dengan logika, sedang engkau menemui rerumputan hijau dengan analogi rasamu. Kita berjalan sejajar, namun tak ada sepatah sajak yang terlontar, kita tiada membebaskan kata, hanya sesekali pandang, namun itu jauh dan tiada hasrat lebih selain melihat ke depan. Sesekali kita menghela nafas, sesekali membuka bekal, namun itu untuk melanjutkan perjalanan.
Jika ini cinta, mengapa kita terlalu membebaskan kendali. Jika ini kesejatian, mengapa harus larut dalam keraguan. Ini soal kepastian, kita bagian dari harapan, kita bagian dari do’a, bukankah setiap hati pasti saling mendo’akan, bukankah setiap hati pasti sejatinya menaruh harap. Hanya saja ada yang tersimpan dalam beningnya cawan dan ada yang terungkapkan melalui skenario peran. Pastikan kita adalah hati yang siap ternantikan.
subhanallah...nice..sanggat menggugah...
BalasHapusmakasih kak juli ana, semoga bermanfaat.. :)
Hapus