Terkadang seorang sastrawan kehilangan sajak, adakalanya
pendaki puncak kehilangan jejak, bahkan suatu saat seorang dermawan kehabisan
bekal. Sebab hidup bak roda berputar, karena hidup tak selamanya bermain dalam
tempurung, hebat namun picik. Tidak salah asumsi dunia ini luas, dengan himpun
benua, genang samudera, dan ratusan Negara. Luasnya mungkin menyisakan takjub,
hingga akhirnya terbuai dalam lena, lalu roda itu berputar dan menempatkan kita
di dasarnya tanpa ragu lagi.
“Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara kerena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu
mendapat rahmat.”
Itulah hakikat agar bertetangga saling rasa-merasa,
silaturahmi beri-memberi, dan gotong royong tolong-menolong. Lakukan semampu
kita apapun yang kita punya, berikan apa yang dapat kita jadikan mahar dalam
silaturahmi walau harus dengan seutas senyum, dan rasakan sedalam hati hingga
engkau mampu bersumbang rasa dengan sesama. Bukankah rasa iba itu milik
manusia?
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah
dan janganlah kamu bercerai berai...”
(QS. Ali Imran: 103)
Hari ini mungkin roda itu berada di puncaknya, dengan
segudang pinta yang terkabul, dengan harap yang terus terkumpul, namun sadarkah
esok apa jadinya kita? rahasiaNya belum tentu serupa dengan asam manis hari
ini, Ia jauh maha menentukan, apakah roda itu kembali berputar dari puncaknya,
atau tetap dengan berbagai keputusan yang ada. Ia jauh maha berkehendak,
serahkan saja harimu kini padaNya, serahkan saja melalui seuntai tawwakal di
sela ikhtiar. Bukankah engkau masih terus mengingat bahwa pencapaian itu tidak
sepenuhnya kepunyaan sendiri? Halalkan dengan berbagi rasa pada sesama yang
jauh lebih butuh.
Sebab berbagi itu indah. Bismillah..
Sumber Gambar: http://images01.olx.co.id/ui/1/03/95/1353639838_458699895_1-Uluran-tangan-Kraksaan.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar