"Cerahnya
pagi mungkin belum tentu meniscayakan hadirnya mentari. Mendung yang bergelayut
jua belum tentu memaksa hadirnya hujan. Bahkan terik yang menyengat juga belum
tentu menyurutkan kubangan air gutasi. Semuanya telah diatur oleh yang maha
pengatur, karenanya kita tak dapat bertindak dalam kemahapastian. Hidup? Ya,
serahkan saja padanya. Kita tinggal menjalani dengan segelintir ikhtiar dan
secerca tawwakal"
Senin subuh itu cukup cerah. Bertepatan dengan sehari
setelah kegiatan Up Grading CSSMoRA IPB, aku memantapkan langkah menuju Bandara
Soekarno Hatta Cengkareng untuk terbang ke Malaysia. Hmm, sebelumnya aku belum
pernah menginjakkan kaki di bumi petronas itu. Alhasil, perasaan was-was muncul
dan terus mengelabuhi isi kepala. Tujuan kepergian kali ini ke Malaysia atau
tepatnya ke Melaka adalah untuk memenuhi undangan konferensi Internasional “Youth
Be Aware” yang ditaja oleh World Youth Foundation dan UNESCO. Sesuai rencana
dan jadwal yang telah ditentukan oleh panitia, aku akan menghabiskan waktu di
melaka selama empat hari, terhitung mulai hari senin hingga kamis.
Bangun pukul 4.30 pagi membuatku harus tergesa-gesa
mempersiapkan segalanya. Jadwal terbang ke Malaysia pukul 9.05 pagi membuatku
harus mengejar waktu hingga sampai bandara. Segera setelah shalat subuh aku
berangkat ke terminal Damri dengan diantar oleh teman sekontrakan. Sesampainya di
sana aku langsung memesan tiket dan mengambil tempat duduk. Namun sayang
sekali, keadaan Tol menuju bandara memang tidak bersahabat kala itu. Aku sampai
di Bandara pukul 9.10, artinya aku ketinggalan pesawat. Sejenak menghela nafas
panjang karena saking bingungnya dengan keadaaan saat itu. Kemudian, tanpa
fikir panjang lagi aku segera reschedule jadwal ke petugas dan akhirnya
dapatlah ganti tiket pukul 11.40. segera setelah itu aku menghubungi pihak
pania untuk tetap menungguku di bandara KLIA hingga aku sampai di sana, namun
sayang sekali tidak ada yang mengangkat.
Pasrah? Memang, saat itu benar-benar pasrah. Bahkan ketika
pesawat mulai take off, aku tak tau lagi harus menghubungi siapa kalau nanti
sampai di KLIA. Benar sekali, sesampainya di KLIA, pihak panitia sudah tidak
ada di lokasi. Kemungkinan mereka telah kembali ke Melaka. Perlu diketahui
bahwa jarak KLIA ke Melaka itu sekitar 130 KM. “jauh sekali..” fikirku. Sejenak
aku duduk dan mengingat-ingat kembali catatan perjalanan para backpacker ke
Melaka. Ya, aku hanya bisa mengingat-ingat, karena untuk browsing di sana
sia-sia saja menurutku, dengan HP yang tak bersinyal, dan pulsa yang super
mahal. Akhirnya berdasarkan penuturan beberapa backpacker di Blog mereka, dan
tanya-tanya orang sekitar termasuk ke petugas bandara, aku memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan menuju LCCT, sebuah bandara yang jauh lebih tua dari
KLIA.
Sungguh, rencana Allah untuk kita memang jauh di luar dugaan
dan prasangka. Di perjalanan menuju LCCT, aku dipertemukan dengan 2 orang suami
istri yang ternyata mereka adalah orang Jogja, Indonesia. Setelah berbincang-bincang
hangat, ternyata mereka juga hendak menuju Melaka untuk berobat, dan mereka
mengajakku untuk berangkat bareng ke Melaka. Di LCCT, aku dan bapak tadi segera
memesan tiket BUS. Yang ku tahu, tiket bus ke Melaka itu berkisar antara 9-12
RM. Benar, harga tiket bus ke Melaka yang hendak kami pesan seharga 9 RM, namun
keberangkatannya masih nanti pukul 18.00, sedangkan sekarang masih terlalu
siang. Akhirnya, bapak tadi memutuskan untuk beralih ke taksi. Taksi? Pikirku. Itu
akan sangat menguras biaya, dan dengan berat hati aku memutuskan untuk menunggu
bus malam saja. Lagi-lagi dengan entengnya bapak itu mengatakan bahwa ia akan
membayari biaya taksi untukku. terima kasih bapak.
Dengan biaya taksi sekitar 159 RM atau setara dengan 500
Ribu rupiah, kami melanjutkan perjalanan menuju the heritage city, Melaka. Perjalanan
ke Melaka yang cukup jauh jaraknya, hanya ditempuh dalam waktu 1,5 Jam. Perlu diakui
disana memang tidak semacet Jakarta, disiplin di perjalanan pun sangat tinggi,
hingga perjalanan pun terasa sangat nyaman.
Sesampainya di Melaka, tepatnya di dekat rumah sakit di mana
bapak itu akan berobat, aku segera melanjutkan perjalanan kembali menuju Renaissance
Melaka Hotel setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih banyak kepada sepasang
suami istri tersebut sebelum berpisah. Tidak cukup jauh dari rumah sakit itu,
Renaissance Melaka Hotel telah berada dalam bayangan. Hmm, kira-kira semewah
apa ya? Pastinya mewah, fikirku.
Dengan tambahan biaya 10 RM hasil tawar menawar dengan pak
sopir taksi, akhirnya aku sampai juga di Renaissance Melaka Hotel. Di sana, aku
disambut hangat oleh panitia, dipersilahkan untuk mengisi form kedatangan,
hingga diantarkan ke kamarku yang berada di lantai 19. Very amazing, ketika kubuka
jendela kamar hotel berbintang lima itu, ku lihat dengan sempurna sosok Melaka
yang super rapi, nyata, dan nyaman. River cruisenya bisa kulihat dari kamar
dengan nyata, setelah sebelumnya hanya kulihat melalui internet. Alhamdulillah.
Pantas saja budget untuk bermalam di Hotel ini cukup mahal, hmm, sekitar satu
juta Rupiah untuk kamar standar dalam satu malam saja. Lagi-lagi syukur itu
selalu ku ucapkan, karena masih bisa bermalam di sini untuk beberapa malam
tanpa biaya sedikitpun. Sebenarnya aku sekamar dengan Orang Srilanka, namun ia
tiba-tiba saja pindah kamar sesaat sebelum aku datang. Tak apalah, lebih luas
sendiri.. hehe.
Capek? Pasti, karena
seharian harus menahan kantuk untuk terus terjaga dengan perjalanan yang super
jauh. Matapun tak dapat berkompromi lagi, setelah menjamak qasar shalat magrib
dan isya, segera ku rebahkan badan di ranjang mewah malam ini sambil ku hidupkan
TV untuk sekedar melihat-lihat siaran TV Malaysia. Hingga belum sempat
menuntaskan siaran TV, aku sudah terbang jauh dalam mimpi karena saking
capeknya.
Hari keduapun tiba, pagi-pagi bangun. Hmm, kira-kira pukul 5
subuh aku bangun, segera ku buka jendela karena tak sabar lagi melihat
pemandangan Melaka saat siang hari. Namun sayang, sampai jam 6 pagi pun Melaka
masih terlalu gelap, tidak seperti di Bogor yang terlalu prematur siangnya. Hari
kedua membuatku banyak beraktivitas, mulai dari membaca run down kegiatan hari
ini yang super sibuk dari pagi hingga sore nanti, mencari-cari di mana 7 Orang
delegasi Indonesia yang lain, hingga memberanikan diri meminta jatah internet
gratis di kamar kepada resepsionis hotel. Alhasil, pagi ini, aku telah
menemukan teman-teman Indonesia, hmm akhirnyaa, kemudian aku juga berhasil
membujuk resepsionis untuk memberikan jatah internet gratis di kamar, hmm, bisa
FB an sama teman-teman Indo setelah dua hari ini putus komunikasi, hingga aku
mulai berhasil makan dengan lahap makanan khas barat karena saking laparnya.
Hari kedua dipenuhi dengan sesi presentasi, sesi konferensi,
hingga workshop yang semuanya dilakukan dengan bahasa Inggris. Bahasa inggrisku
yang kacau dengan pronounciation yang gak karuan membuatku agak terbata-bata
mengimbangi bahasa delegasi Inggris, Australi, atau negara-negara barat itu. Namun
semua itu ku imbangi dengan tetap mengikuti gaya bahasa mereka, alhamdulillah
masih bisa mengerti apa yang mereka ucapkan. Ngantuk? Pasti, dikelas saja aku
sudah menjadi langganan ngantuk, apalagi di forum yang menurutku lebih serius
seperti ini. hehe. Di penghujung hari kedua, ada kompetisi memasak, hmm,
semacam master chef itu. Beruntung aku sekelompok dengan mereka yang pintar
memasak masakan asing, hingga aku hanya kebagian tugas mencuci piring. Hehe..
Malamnya, aku bersama anggota delegasi Indonesia mengajak
beberapa anak Malaysia dan anak luar lainnya untuk mengelilingi Melaka. Tujuan awalnya
adalah untuk membeli pernak-pernik Melaka sebagai oleh-oleh, namun sejenak
terlupa karena kami lebih tertarik dengan sesi foto-foto di depan
bangunan-bangunan tua khas melaka. Awalnya kami mengunjungi gereja tua Melaka,
kemudian jam Melaka, kapal raksasa, hingga berlanjut ke menara Taming Sari dan
kamipun sempat menaikinya hingga terlihat seluruh sudut kota Melaka dari
ketinggian puluhan meter. Pulangnya, kami menyempatkan diri untuk menyusuri
tepian river cruise, merasakan indahnya bantaran sungai yang super bersih itu.
Pagi harinya, tepatnya di hari ketiga, kembali dengan sesi
konferensi, namun kali ini bernama “Youth Action Plan”. Cukup lelah juga
setengah hari ini dipenuhi dengan kegiatan diskusi hangat tentang keadaan
masing-masing negara. Aku cukup puas ketika menjelaskan bagaimana Indonesia
dengan UKM nya yang sukses, pemberantasan KKN yang terus dicanangkan, hingga
pendapatan per kapita yang terus diperbaiki. Aku juga tak lupa untuk
menjelaskan tentang fenomena pemanasan global di Indonesia yang cukup marak terjadi,
hingga berbagai upaya untuk mengatasi hal tersebut.
Sore hari, masih di hari yang sama, kami ber-70 perwakilan
masing-masing Negara di Dunia, melakukan kegiatan Tour mengelilingi Melaka
dengan menggunakan bus sekaligus ditemani guidenya. Sambil berjalan
mengelilingi bangunan-bangunan khas Melaka, sang guide menjelaskan panjang
lebar tentang Melaka mulai dari sejarahnya hingga keadaan sekarang. Di beberapa
spot kami turun sejenak untuk sekedar mengambil gambar hingga membeli
oleh-oleh. Perjalanan diakhiri dengan rekreasi duck tour yang sangat mengagumkan.
Bus atau yang disebut duck yang kaya amphibi itu ketika di darat dapat berjalan
layaknya bus kebanyakan, namun ketika masuk air, maka akan berubah menjadi
kapal. It’s so amazing, soalnya baru pertama kali naiknya, hehe. Alhasil,
akupun aktif mengambil gambar dari
berbagai sudut lokasi, hingga aku dapat menikmati sunset di Selat Melaka di
atas duck ini.
Hari ketiga usai, maka hampir berakhir pula keberadaanku di
Melaka, tepatnya di Renaissance Melaka Hotel ini. Di hari keempatnya, aku
sengaja pulang lebih awal dari teman-teman yang lain karena aku tidak mau lagi
ketinggalan pesawat. Sedihnya berpisah dengan teman-teman delegasi Indonesia,
teman-teman antar negara, hingga dengan panitia yang comfortable banget. Jam 11,
dengan taksi panitia, aku telah diantar menuju KLIA, hingga akhirnya sampai di
Indonesia kembali dengan selamat. Alhamdulillah..
Hmm, sedikit oleh-oleh dari melaka, check it Out yaa..
Pemandangan Melaka dari Kamar
bersama Aizat from Malaysia
sesi presentasi
Kompetisi memasak
mengelilingi indahnya Melaka di malam hari
sesaat sebelum duck tour
menikmati sunset di Selat Melaka
bersama delegasi Indonesia, Insyaallah selalu kompak
akhirnya, ku ucapkan terima kasih kepada semua pihak. IPB dan Panitia serta UNESCO yang mennanggung seluruh biaya konferensi hingga segala bentuk akomodasi. Ayah ibu yang sempat cemas waktu itu, saudara yang begitu care, dan Teman-teman yang selalu mendukung perjalananku ke sana.
Alhamdulillah ya Allah..
amazing..:D
BalasHapuscongratulation dx..!
terima kasih mba Ita.. :)
BalasHapuswissss,....mantap kalilah kawan aku ne,,hahaha...
BalasHapusselamat krom ,semoga kita bisa kuliah kejepang sama2, hahaha... amiiiiiiiin
aamiin, tetap semangat Ded..
BalasHapushehe..