Di tahun kabisat ini, 2012, suasana bulan ramadhan kembali
hadir pada pertengahan bulan Juli hingga pertengahan bulan Agustus. Suasana
bulan suci tahun lalu kembali terulang di tahun ini, dimana sebuah perhelatan
raya “dirgahayu kemerdekaan Republik Indonesia” kembali berada di dalam bulan
penuh berkah ini. Sebuah kebetulan? Tentu saja tidak, karena faktanya semua itu
berdasarkan pada kombinasi kalender bulan syamsiah dan qamariyah. Namun
walaupun ini adalah sebuah keniscayaan, masihkah kita mengedepankan ego bahwa
ini bukanlah berkah dariNya? Dari sang pemilik semesta dan seisinya ini.
Hari ini dan beberapa hari ke depan kita akan menjumpai
perpaduan sang merah putih yang dengan wibawanya berkibar di seantero nusantara
ini dan untaian ketupat pertanda hari raya idul fitri akan segera menjelang.
Melalui bersatunya dua momen yang tidak setiap tahun dapat kita nikmati secara
bersamaan ini seharusnya membawa kita kepada aspek “syukur”. Lagi-lagi dalam
tulisan saya kali ini tiada alasan untuk berhenti bersyukur padaNya.
Tidak hanya itu, bulan ini juga sebuah perjuangan membela
negeri telah dilakukan oleh sang pahlawan Arena. Mereka adalah para atlit
terpilih milik negeri ini untuk mengikuti sebuah ajang “Olimpiade” yang digelar
tiap empat tahun sekali. Ajang bergengsi yang diselenggarakan di “london” itu
juga bertepatan dengan bulan ramadhan. Walaupun jauh dari peluang untuk menjadi
juara umum dalam pesta olimpiade tersebut, namun setidaknya kita bersyukur atas
perolehan perak dan perunggu tunggal yang menempatkan negeri ini dalam
peringkat ke-63 dari 204 negara yang mengikuti ajang tersebut. Setidaknya hal
itu dapat menjadi pelajaran berharga untuk menjadi lebih baik lagi pada ajang olimpiade
selanjutnya.
Agaknya kita perlu berambisi dengan kata-kata “merdeka”
untuk menjadi sebuah peluang meraih kemenangan. Dahulu ketika naskah proklamasi
itu disusun, diketik, direvisi, hingga dikumandangkan oleh Bung Karno, hari itu
juga bertepatan dengan bulan ramadhan, namun kobaran semangat tetap menyala-nyala
di sanubari seluruh rakyat Indonesia. Mereka tidak gentar akan dentuman peluru,
senapan api, bahkan lemparan bom atom sekalipun, karena ambisius yang membara
akan kata-kata “merdeka” telah terpatri dalam diri.
Hari ini, suasana itu kembali terulang. Suasana memperingati
kemerdekaan di tengah ramadhan. Bahkan kali ini semangat itu lebih dipertegas
lagi dengan adanya ajang olimpiade London. Sesuatu yang patut untuk
diperjuangkan demi membawa nama baik Indonesia tercinta di mata dunia. Kali ini
mungkin pekik “merdeka” tidak lagi terdengar di telinga, mungkin bambu runcing
berlumur darah segar sudah tak kita jumpai lagi, namun akankah pekik itu juga
hilang dalam hati kita? akankah tombak semangat itu juga telah sirna dari dalam
sanubari ini? Jawaban riilnya tentu saja ada di dalam hati kita masing-masing.
Akhirnya, semoga kita tetap menjadi jiwa-jiwa yang merdeka
dengan balutan bulan penuh rahmat ini. Semoga kemenangan tetap ada dalam diri
di sela-sela dirgahayu negeri ini. Dan akhirnya kita tetap menjadi diri sendiri
di negeri kita sendiri. Karenanya, berbanggalah menjadi seorang Indonesia
sejati, menjadi penduduk di negeri berjuta insan, beribu pulau, beratus adat,
hingga berpuluh wilayah, namun yakinlah kita tetap satu “Indonesia”.
Semoga Bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar