.......
Bukan mereka, aku yakin bukan mereka. aku tak ingin membahas
mereka terlampau jauh. Aku hanya merindukan sosok istriku nanti. Sosok yang
sekarang sudah pasti diam namun penuh keromantisan, sosok yang menjaga
pandangannya hingga ia benar-benar terjaga, menjaga lisannya hingga tuturnya
sulit disandingkan dengan kebanyakan, menjaga diri dan perasaannya hingga
kelembutan terpancar penuh karimah dalam dirinya, dan tentu saja menjaga
kesucian agamanya. Biarlah kini ia diam dalam kata, mengalihkan pandang tanpa
dusta, hingga menjaga kemuslimahannya karena rabbNya, namun suatu saat nanti
diri ini akan menemukannya dalam khitbah penuh cinta.
Aku membutuhkannya bukan karena ia harus mengagumiku, bukan
karena ia sosok yang sempurna fisiknya, bukan pula seorang yang penuh kharisma
hingga banyak yang mengaguminya. Namun sesungguhnya aku membutuhkannya cukup
sebagai pendampingku dunia akhirat, sebagai penyempurna ibadahku dan ibadahnya,
sebagai pemberi nasihat dikala hati sedang gundah, penoreh motivasi dikala diri
tengah luka, dan pelantun bait-bait gembira dikala duka. Ia rela bersusah-susah
dalam cinta hingga gembira dengan cintaNya, menerimaku apa adanya, hingga siap menyandarkan
hubungan kami atasNya. Tentu ia menerimaku sebagai imamnya, mencintaiku
sebagaimana cintanya pada rabbNya, hingga mendidik anak-anakku tanpa cela.
Saat ini mungkin aku belum mengharapkan kehadirannya, karena
aku belum mau merindu seseorang yang belum berhak ku rindukan. Aku hanya
berharap ia datang di saat hati ini telah siap, jiwa ini telah kuat, dan tekad
ini telah bulat untuk menghimpun jiwaku dengan jiwanya yang berserakan hingga
nantinya dipertemukan dalam cintaNya.
Insyaallah..
*sebagaimana ku kutip dalam sebuah cerita yang belum rampung ku tulis.
*sebagaimana ku kutip dalam sebuah cerita yang belum rampung ku tulis.
siip..
BalasHapus