Bukankah Malam Itu Manis?

Kalau berbicara tentang arti malam, tentu berbeda jauh dengan pagi yang manis dengan sejuknya embun dan kicauan burung atau senja yang indah dengan semburat ufuk di tepi barat sana. Malam lebih sering diartikan dengan kata mencekam, seram, gelap, atau apapun itu. Suasana malam juga lebih identik dengan kehidupan yang brutal tanpa aturan. Ketika malam menghampiri, seakan-akan para penjahat kelas tinggi mulai beraksi, “kupu-kupu malam” mulai mencari rezeki, hingga remaja tanggung pun mulai mencari jati diri dengan menelusuri seantero desa ataupun kota. Ya, itulah sekilas tentang suasana malam yang tiada kita harapkan keadaannya seperti itu.

Namun tahukah, lewat heningnya malam, melalui sunyi mencekamnya malam, disana terangkai banyak aktivitas ruhani yang dapat kita lakukan secara rutin. Di sana pula tertiup banyak maghfirah dari Rabb kita. melalui detik-detik penghujung malam, ketika kebanyakan manusia tengah tertidur lelap, ketika harus bersusah payah untuk dapat membuka mata dan menyentuh dinginnya air, disitulah diri ini tengah diuji. Bagaimana kita sanggup menghadapi serta menjalani aktivitas ruhani di suasana malam itu.

Dan pada sebahagian malam hari sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al isro’: 79)

Melalui sunyinya malam itu, kita juga lebih leluasa untuk menghimpun segala azzam dalam do’a suci yang kita panjatkan padaNya. Melalui heningnya malam, terkadang tanpa sadar air mata telah menetes sempurna hingga membasahi hamparan sajadah dalam sujud yang kita lakukan. Indah bukan?

Ketika menelaah lebih dalam lagi, bukankah hening dan sunyinya malam juga dapat menjadi seindah dan semanis pagi atau senja? Melalui ibadah malam hari itu cobalah merubah heningnya malam menjadi sebuah waktu penghimpun do’a yang indah. Melalui sunyinya malam, lantunkan ayat-ayat suciNya hingga menjadi semanis pagi hari. Bukankah malam itu manis?

*semangat ramadhan.