Sungguh Lebih Nikmat

Sudah lebih dari sepekan aku mendiami tanah kelahiran. Sejenak rehat dengan suasana kampus yang super kompetitif. Di sela-sela aktivitas bersama keluarga dan terkadang bersama sahabat-sahabat masa kecil, ku sempatkan membuka kembali perpustakaan mini yang kini sudah dipindahkan di ruang belakang. Susunan buku-buku TK hingga SMA yang dulunya kususun rapi bak perpustakaan itu kini berubah menjadi tumpukan yang penuh debu..
"wuush", sesekali ku tiup debu-debu itu untuk melihat cover sebuah buku, hingga akhirnya kutemukan buku La Tahzan yang sudah agak kusam oleh debu.
Aku mencoba membuka halaman demi halaman, dan sampailah pada halaman yang membahas akan nikmatnya sebuah ilmu pengetahuan. Hal yang membuatku sangat tertarik pada bab itu hingga aku tiada bosan berkutat pada halaman tersebut adalah sebuah syair oleh Az- Zamakhasyi, dalam syairnya ia berkata:
malam-malamku untuk merajut ilmu yang bisa dipetik,
menjauhi wanita elok dan harumnya leher,
aku mondar-mandir untuk menyelesaikan masalah sulit,
lebih menggoda dan manis dari berkepit betis nan panjang,
bunyi penaku yang menari-nari di atas kertas-kertas,
lebih manis daripada berada di belaian wanita dan kekasih
bagiku lebih indah melemparkan pasir ke atas kertas,
daripada gadis-gadis yang menabuh dentuman rebana
hai orang yang berusaha mencapai kedudukanku lewat angannya,
sungguh jauh jarak antara orang yang diam dan yang lain, naik
apakah aku yang tidak tidur selama dua purnama dan engkau tidur nyenyak,
setelah itu engkau ingin menyamai derajatku..

Maka, apakah orang yang berpegang teguh pada keterangan yang datang dari Rabb-nya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk dan mengikuti hawa nafsunya? (QS. Muhammad: 14).

Sangat inspiratif ternyata. Benih-benih semangat untuk terus menuntut ilmu dengan segala ridho-Nya membuatku yakin akan nikmatnya ilmu pengetahuan itu. Akhirnya kututup buku itu dengan angan yang tiba-tiba saja muncul tanpa henti.