Denting jarum pengingat masa masih tetap
adanya
Melengking di sela hening
Rona tanpa pola, namun indah dengan
deret hampir tumpah
Pociku jua hampir usai
Hingga sulutan batang tembakau jua tak
sekekar dahulu
Langkahku kaku terhipotermia embun
tergutasi
Enggan ku katupkan bola mata, namun
kantuk menyiksa jiwa
Ragaku bahkan nyaris rapuh
Rapuh oleh suasana melahap hidangan pagi
buta tanpanya
Hanya hening bertemankan sepi, sunyi
senyap menggelayuti diri
Mencoba menghadirkan bayang ketika ia
tengah menyajikan resep penumbuh cinta itu
Bayang semu yang mencoba hadir dalam
kemayaan diri
Ya, hanya dalam maya
Hanya berwujud siluet namun kaya makna
Semilir angin, semacam coriolis seakan
menikam nafas sengal ini dari belakang
Membungkam mulut yang sedari tadi bisu
tanpa kata
Namun sungguh tikaman hangat, bungkaman
indah
Tak bermaksud mengantarkanku ke barzah
segera
Hanya menyapaku lewat semilir peraib
dedaunan
Ikrom Mustofa
Suasana sakral saat sahur terkadang
butuh kebersamaan bersama keluarga tercinta, sahabat, ataupun rekan kita.
kebersamaan itu lebih-lebih akan terasa maknanya dan akan dirindukan
kehadirannya saat menjalani sahur sendiri. Memasak hidangan sendiri, menyajikan
sendiri, hingga menyantap hidangan tersebut sendiri. Ah, mungkin hanya
bertemankan secangkir teh poci, sebatang rokok bagi anda yang merokok tentunya,
dan semilir angin malam yang terkadang membuat bulu kuduk berdiri sendiri. Akhirnya,
manfaatkan dan gunakan kebersamaan yang telah terjalin sekarang, karena siapa
tahu masa depan, siapa yang tahu keputusan buat kita di lauhul mahfuz sana kecuali Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar