Hujan di senja ini turut menyumbangkan kesanku selama
beberapa hari di ma’had tercinta. Kali ini aku dapat dengan bebas memandang
kubah emas masjid Madrasi yang terpaut indah dengan menara tunggal berwarna
krem sejuk itu sembari mendekapkan kedua tanganku yang kedinginan. Dulu selama
menjadi bocah berkopiah dan bersarung itu aku tak sempat lagi menikmati
peristiwa sebebas senja ini. Masa belia dengan bejibun aturan itu terkadang
membuatku kewalahan hingga tak bebas lagi bercumbu dengan alam dan menghirup udara
penuh cinta seperti sekarang. Namun aku yakin itulah proses pendewaaan hingga
aku menjadi seperti sekarang ini.
Kebanyakan santri pondok pesantren di sini telah pulang ke
rumah masing-masing karena adanya agenda menyambut bulan suci ramadhan. Hanya
beberapa dari mereka saja yang masih bermukim di sini. Walau hanya sehari,
namun sungguh aku tak dapat melupakan kesan bersama mereka, bahkan aku masih
tetap mengingat itu semua. Mengingat mereka dengan kebaikan-kebaikan tentunya.
Ah, andai aku menjadi mereka, tentu aku belum mampu menyambut sebaik itu
seorang alumni yang tak sefenomenal alumni yang lain.
Sebuah kenyataan bahwa aku akan merasa sejuk dan nyaman
andai memandang panorama pegunungan seperti yang biasa ku lihat di puncak
Bogor, namun kali ini aku juga merasa nyaman, bahkan lebih nyaman dari
sebelumnya menurutku. Bukan kerena pegunungan atau sejuknya suasana, namun
karena mereka. Mereka yang sempat menghujani kesan yang sungguh sangat
berkesan. Seperti hujan di senja ini, sederhana namun tiada pernah usai.
Aku banyak bercerita tentang kota hujan itu kepada
guru-guruku yang lazimnya dipanggil dengan sebutan ustadz dan ustadzah, mengadu
kepada mereka seputar Indeks Prestasiku yang mulai membentuk pola seismograf,
hingga berdiskusi tentang projectku nanti saat mengabdi. Alhamdulillah, mereka
turut mendukung niatan ini. Pagi tadi, ya sehabis sholat subuh, tak lupa ku
sempatkan ‘sowan’ dengan kyai, mengadu keluh kesah selama studi, hingga
mendengarkan nasihat penuh arti dari Kyaiku. Rasanya pagi itu tak ingin ku
lewatkan begitu saja. Ditemani temaram ufuk venus di timur sana dan dengan
sejuknya embun pagi sehabis sholat subuh, ku nikmati perbincangan hangat itu
dengan kyai pondokku.
Ah, tak terasa senja ini berujung pada adzan magrib di
masjid madrasi. Segera ku langkahkan kakiku menuju tempat wudhu untuk segera
bergabung dengan jamaah sholat magrib. Hujan masih tetap deras, sepi mulai
melanda. Insyaallah nanti akan ku ramaikan lagi. Bismillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar