Sudah satu pekan ini sejak
kepulanganku ke kampung halaman belum sekalipun ku jumpai butiran air langit
membasahi tanah-tanah yang sudah mulai gersang. Hmm, bukan mulai gersang tapi udah
kelewat gersang kayaknya. Kalo menurut disiplin ilmu meteorologi, bulan-bulan
ini memang jatuhnya musim kemarau tepatnya di wilayah tropis (Indonesia), ya
wajarlah hujan udah kaya barang luxury aja. Tapi kalo dipikir-pikir, suasana el
nino dan la nina sudah mulai pudar seiring perubahan iklim global, jadi musim
kemarau bisa aja berkolaborasi dengan musim hujan, tapi kayaknya untuk seminggu
ini sang Khalik memang belum meridhoi sejuknya hujan itu turun di halaman
rumah-rumah kami.
Aktivitas masyarakat desaku
juga mulai berubah perlahan-lahan. Mulai dari semakin banyaknya pengungsi air
yang bernomaden kesana kemari demi seember air untuk minum dan mandi, semakin
sedikitnya penjual minuman es, dan semakin panasnya suhu harian rata-rata (suhu
diurnal). Tapi dari beberapa hal ekstrim tersebut, suhu udara sangat
berpengaruh sekali, panasnya itu lho, nggak nguatin, pengen berendam di air
tapi airnya minim, pengen ber ac ria, tapi boros listrik katanya, pokoknya
banyak pengennya. Terakhir kemarin, suhu udara pernah mencapai 340 celcius.
Bikin gak comfort rasanya.
"efek global warming" kata banyak
orang.
Benar juga ya, mungkin ini
efek global warming yang terjadi hampir merata di seluruh dunia. Namun efek ya
hanya efek saja, tidak banyak solusi yang diterapkan. Wacana untuk melakukan
transformasi memang bejibun kaya jamur tumbuh di musim hujan, namun hanya
sebatas wacana, tidak ada aplikasi nyatanya. Pemerintah juga hanya berkoar-koar
untuk membuktikan kepiawaian mereka dalam menangani masalah serius ini, namun
tidak banyak yang berubah. Bukankan masalah ini tidak hanya konsumsi pemerintah
semata? Bukankah seorang mahasiswa juga punya peran di dalamnya? Kalau ada,
mana bukti role action nya?
Benar,
kayaknya kampung halaman ini sudah begitu nyata mengingatkan hati kecilku untuk
kembali berkreasi. Rasanya malu kalau hanya mengeluh dan menyalahkan alam. “no
harm to try by your hand”. Gak ada salahnya mencoba hal kecil dan positif
sebagai solusi nyata seorang mahasiswa terhadap masyarakat sekitar. Gimana? Ya mulai
dari kampanye hemat air dan listrik, meminimalisir penggunaan produk ber- CFC, mengenalkan
prinsip reduce reuse recycle terhadap barang-barang yang bisa didaur ulang, mengajak
reboisasi warga bareng-bareng, dan lain-lain. What an easy project bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar