Bunda,
Tak cukup rasanya andai
aku hanya menggadaikan torehan karyaku ke pangkuanmu..
Tak cukup pula peluhku
jika harus membayar lunas pengorbananmu..
Mungkin hanya lantunan
keluh kesahku mampu menggetarkan sanubarimu..
Hanya tangis itu
bundaku..
Bunda,
Timangan hangat itu masih
begitu indah untuk ku ingat..
Aku bahkan sempat terbuai
bundaku, terbuai akan angan tanpa batas, cinta tanpa sekat..
Tembang khasmu masih
sempat menggaung merdu bunda..
Sempat menidurkanku
sesaat, hingga terbangun oleh tangis manjaku..
Bunda,
Begitu indah mengais asa
ketika aku bisa merebahkan kepalaku ke bahumu sesaat..
Walau mungkin engkau jauh
lebih letih bunda..
Begitu hebat dunia ini
menyapaku saat aku tengah terlelap dalam pelukanmu..
Engkau jawab citaku
dengan asa bunda, engkau seka air mataku dengan senyum tulusmu..
Namun aku tiada mampu
melukiskan anganmu pada langit biru itu..
Bunda,
Mungkin separuh anganmu
terbayar oleh raihan citaku kini..
Mungkin mutiara-mutiara
indah akan tetap terlantun untukku hingga kini bundaku..
Namun bebanku bunda,
rantau masih terlampau buas untuk ku taklukkan..
Dunia masih terlampau
luas untuk ku jelajahi..
Aku tak sanggup menjadi
kaktus padang pasir itu bundaku..
Aku tak kuasa melontar
jumrah itu sendiri..
Bunda,
Rantauku terlampau jauh
untuk kau jamah..
Hingga rindu itu semakin
memuncak dan memaksa kita kembali berangan..
Namun bukan itu bundaku,
cukuplah seonggok do’a sucimu yang ku pinta..
Cukuplah restu tulusmu
akan aurora pribumi itu bundaku..
Hingga aku benar-benar terbang..
Meraih asaku, kepulan
citaku, dan gemerlap anganku..
Terima kasih bunda..
Bogor,
7 Juni 2012
Ikrom
Mustofa
Di
tengah suasana menghadapi Ujian Akhir Semester, Fikiranku kembali tertuju pada
sosok yang begitu berjasa menginspirasi
hari-hariku. Terima kasih banyak bundaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar