Awalnya menulis menurutku merupakan pekerjaan yang tiada arti,
hanya diperuntukkan bagi orang-orang depresi, kalangan galau dan yang suka menggalaukan
diri sendiri, serta kalangan yang tidak tahu arti hidup itu bagaimana. Itulah
paradigmaku tentang bagaimana menulis dan penulisnya berada dalam keterpurukan menurut
versi otak kiriku.
Namun paradigma itu semakin hari semakin menipis bahkan kini
menurutku pasti akan lebih tipis dari membran sel prokariot sekalipun. Melihat
betapa wonderfulnya seorang Habiburrahman El Shirazy yang dengan goresan tintanya
ia ciptakan novel islami dan kesemuanya berhasil merebut predikat best seller
bahkan lebih dari itu. Bagaimana seorang Andrea Hirata dengan gamblangnya
menceritakan kisah hidupnya melalui diksi yang indah dan kata-kata yang penuh
ilmiah dalam sebuah tetralogi laskar pelangi. Hmm tidak usah jauh-jauh, seorang
Ahmad Fuadi, satu dari jutaan santri di Indonesia yang telah berhasil menyihir
banyak pembaca melalui kata-kata sederhana dalam novel-novel kisah pribadinya
saat berada di pondok madani. Apakah kini mereka kaya? Apakah mereka dikenal?
Apakah mereka menikmati profesi menulis? Ya, mereka kaya, dikenal banyak orang,
dan mereka juga sangat menikmati profesi itu. Inilah awal aku mengenal dan
ingin lebih mencintai tulisan dan kepenulisan.
Menulis bukan hanya sebagai profesi, namun bisa juga dijadikan
sebuah hobi yang menguntungkan. Faktanya hobi bisa dimunculkan secara
tiba-tiba, namun juga bisa menghilang saat kita tidak lagi mengenal hobi itu.
Begitu juga dengan menulis, menulis adalah hobi yang bersifat seperti itu. Jika
sudah melekat, ia tak akan mudah lepas asalkan kita menjaga dengan baik melalui
karya dan karya, namun ia akan hilang begitu saja saat kita sudah melupakan
kegiatan menulis dan melupakan tradisinya.
Aku, bagaimana dengan aku sendiri. Aku belum mampu berfikir
seimajinatif JK. Rowling, aku juga belum diberi kesempatan untuk seinspiratif
Mario Teguh, namun dengan berbagai kekurangan itu tentu saja tidak menyurutkan
asaku untuk menggapai jiwa kepenulisan itu dalam diri. Aku melangkah untuk
menjadi penulis ilmiah melalui coretan karya dalam karya tulis ilmiah, jurnal,
dan paper, namun aku juga berobsesi untuk menjadi penulis lepas, penulis tanpa
batas, bebas berinspirasi, bebas beropini dan berargumentasi.
Menulislah teman! Menulis tanpa batas dan waktu, jika anda
hobi meneliti, tulislah hasil penelitian itu dalam sebuah jurnal atau karya
tulis ilmiah. Jika anda senang jalan-jalan, deskripsikan tempat kunjungan anda
semenarik mungkin melalui tulisan. Bahkan jika anda senang bermimpi, mimpilah
dan tulislah mimpi-mimpi itu dalam kertas dan berikan diksi terbaik untuknya.
Mudah bukan? berniatlah menulis untuk mereka, orang yang butuh inspirasi
melalui tulisan anda, dan untuk anda sendiri. Berikan pula kesan indah pada
orang tua anda, saudara- saudara anda, istri dan anak cucu anda melalui tulisan
milik anda.
Ikrom Mustofa
Bogor, 7 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar