Dunia
kampus ternyata lebih menantang dari sebuah dunia putih abu-abu. Terkadang kita
sendiri sampai sesak dibuatnya. Namun uniknya, kampus atau lebih terkenal
dengan nama universitas dan institut ternyata lebih banyak menyimpan dan
membagi berbagai macam kompetisi dari pada sebuah dunia putih abu-abu ataupun
putih biru daunker dan semua itu terbuka bagi mahasiswa di manapun ia berada. Kompetisi
yang disajikan pun sangat beragam, mulai dari kompetisi yang ringan namun
mengasikkan seperti lomba makan es krim hingga kompetisi yang sangat bergengsi
dan tidak semua mahasiswa dapat mengikutinya, seperti pemilihan mahasiswa
berprestasi.
Coba
anda bayangkan ketika berjalan di koridor-koridor kampus, disana dengan begitu
mudah anda akan temukan bejubel info lomba yang tertempel rapi di mading-mading
sekitar koridor. Hal ini merupakan surga bagi mahasiswa yang senang mengikuti
lomba karena dengan adanya info gratisan itu mereka tidak harus lagi searching ke internet. Namun di balik
mahasiswa dengan surga lombanya itu, ternyata ada beberapa kelompok mahasiswa
yang menganggap lomba bukanlah segalanya. Mereka mungkin sangat berminat
mengikuti lomba-lomba itu, namun berbagai kondisi memaksa mereka untuk
mengurungkan niat, seperti kurangnya percaya diri, malas, dan lain-lain.
Tulisan
saya kali ini terfokus pada kalangan mahasiswa yang fhobia terhadap berbagai
perlombaan. Hmm, sebenarnya bukan fhobia, namun bahasan sederhananya adalah
minder dengan berbagai perlombaan tersebut. Sebagai pengalaman saja, saya
pernah mengajak teman yang mungkin fhobia terhadap perlombaan untuk mengikuti
kompetisi menulis. Awalnya ia sangat minder, down, dan tidak percaya diri dengan kemampuannya. Namun dengan
bujuk rayu saya akhirnya ia menurut untuk bergabung dalam perlombaan tersebut. Dengan
tak disangka-sangka, akhirnya karya tulis yang kami ajukan lolos sebagai
finalis. Dia awalnya tidak percaya sama sekali, namun akhirnya ia begitu
bersemangat saat mengetahui sendiri pengumuman finalis tersebut. Bagaimana
dengan dia sekarang? Ya, dia mulai kehilangan fhobianya, dia mulai membuang
sifat mindernya, dan dia mulai mencari-cari info lomba untuk terus diikuti.
Jadi
ternyata tidak ada mahasiswa yang fhobia terhadap lomba. Hanya saja, mereka
cenderung rendah diri. Bukankah Allah SWT telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baik bentuk. Potensi, keterampilan, dan berbagai unsur positif lain
telah Allah berikan kepada kita dengan seadil-adilnya. Adakah diantara anda
yang masih sangat minder dengan sebuah kompetisi? Ayo kawan, jangan pernah
sia-siakan kesempatan yang ada. Perlombaan, pertandingan ataupun kompetisi
bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti. Kunci utamanya adalah menghadapi berbagai
event tersebut dengan penuh percaya diri. Jangan pedulikan hasil, namun kejar
proses dan perbaiki jalan untuk menuju puncak prestasi.
Agaknya
anda perlu mencontoh seorang pejuang ilmiah, Thomas Alfa Edison yang penuh
percaya diri untuk terus mencoba dan bereksperimen tentang bola lampu. Ia
bukanlah tipe orang yang mudah putus asa hingga penemuannya berhasil dinikmati
umat manusia. Andai pada percobaan ke-999 ia menyerah, mungkin hingga saat ini
kita belum dapat menikmati dan merasakan kegunaan bola lampu itu. Begitu juga
dengan lomba kawan, agaknya kita perlu berlapang dada dengan hasil yang kita
raih saat pertama kali mengikuti sebuah ajang perlombaan. Gagal? Wajar, bahkan
memang disarankan untuk gagal terlebih dahulu agar kita merasakan arti kegagalan
itu seperti apa. Bukankah sudah lama didengung-dengungkan sebuah kata- kata
indah bahwa kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan. Kalah? Biasa, itu
tandanya anda harus melawan kekalahan itu. Anda tidak perlu kalah dan mengalah
dengan nasib, tapi anda perlu menyubstitusi kekalahan itu dengan usaha yang
lebih keras lagi.
Inilah
waktunya untuk terus berkarya kawan. Dunia akan tetap membutuhkan anda dengan
tumpukan keahlian yang anda miliki. Masa muda perlu kita hiasi dengan berbagai
perlombaan yang bermanfaat. Akhirnya, jika anda tetap membenci kata ‘lomba’
hendaknya anda tidak benci terhadap berbagai atribut lomba disekitar anda
karena sesungguhnya itu akan memotivasi anda untuk membuang jauh-jauh kebencian
itu. Syukron..
Bogor,
24 Mei 2012
Ikrom
Mustofa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar